Senin, 16 November 2020

, , , , ,

Cara Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual

Cara Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual

 

Cara Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual

Cara Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual


A.     Pengertian Media Pembelajaran Berbasis Visual

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’ dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan, media pembelajaran adalah suatu perantara yang digunakan oleh pendidik/guru untuk menyalurkan pesan atau informasi kepada siswanya sehingga siswa tersebut dapat terangsang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.

Medial visual merupakan media yang paling familiar dan sering dipakai oleh guru dalam pembelajaran. Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.[1]

Menurut Kamus Besar Indonesia Visual adalah dapat dilihat dengan indrapenglihatan (mata), berdasarkan penglihatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012:1549). Ciri-ciri media pendidikan tersebut adalah:

1.        Ciri fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini meng gambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

2.        Ciri manipulatif (Manipulative Property)

Transpormasisuatu kejadian atau objek dimungkinkan karna media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktudua atau tiga menit; dan

3.        Ciri distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransfortasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu .[2]

 

Media pembelajaran brbasis visual adalah  salah satu sarana media belajar yang hanya dapat dilihat, yang termasuk kelompok visual, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso, flim bisu, model 3 dimensi seperti diorama dan mokeup.[3]

 

B.      Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual

Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representatif seperti gambar lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsure-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau hubungan gambar atau angka-angka.

Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan media berbasis visual, yaitu :

a.  Usahakan media visual itu sesederhana mungkin,

b.  Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang mendapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

c.  Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.

d.  Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.

e.  Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca yangmudah dibaca.

f.  Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsure-unsur latar belakang untuk mempermudah penolahan informasi.

g.  Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk (1) menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, (2) memberi nama orang, tempat atau objek, (3) menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, (4) menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan, atau katakana.

h. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.

Media jenis visual ini paling banyak digunakan guru dalam pembelajaran terutama media visual sederhana dan bersifat nonproyeksi. Sebab anak lebih banyak belajar dari apa yang dilihat. Pemilihan dan penggunaan media visual perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Visualisasi Mencerminkan Kenyataan

Apa yang digambarkan merupakan miniaturisasi dari kenyataan atau benda yang sesungguhnya, sehingga siswa saat melihat visual yang ditampilkan serasa mengalami dan melihat wujud asli benda yang divisualisasikan tersebut.

b. Mempertimbangkan Mutu Teknis

Visualisasi yang kurang jelas, naik dari segi sisi warna, isi serta layout, akan menimbulkan bias dalam proses pembelajaran. Untuk itu warna harus terang, bentuk materi yang divisualisasikan sesuai dengan kenyataan serta menjangkau penglihatan seluruh siswa.

c. Keterampilan Guru dan Ketersediaan

Benda visual biasanya menuntut keterampilan tertentu untuk menyajikan dan mengoperasionalkannya. Guru dituntut bisa mengoperasionalkan visual dengan baik dan benar.

Ditinjau dari penggunaannya media dapat dibagi menjadi dua :media proyeksi dan media nonproyeksi.

 

a.    Media Proyeksi

Media proyeksi adalah media yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar. [4]Artinya penggunaan media ini tergantung pada alat bantu proyektor untuk menghubungkan dan menyampaikan kepada penerima pesan. Media proyeksi cukup banyak jenisnya, antara lain:

1.        Proyektor Transparansi/Over Head Proyektor (OHP)

Proyektor jenis ini dirancang sedemikian rupa sehingga Proyektor jenis ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memproyeksikan transparansi ke arah layar lewat atas atau samping kepala orang yang menggunakan, sehingga dapat dilihat tampilan pesan oleh peserta.[5] Namun, media proyeksi jenis ini memiliki keterbatasan sesuai karakteristiknya.

OHP terdiri dari ;

1.      Kepala (projection head), pada bagian kepala ini terdapat lensa pemotret yang membawa gambar ke layar (screen). Kepala OHP ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan kedudukan layar.

2.      Lampu hologen, letaknya di dalam kotak yang berkekuatan antara 650-750 watt. Karena kuatnya lampu tersebut maka OHP dapat digunakan di tempat yang terang.

3.      Lensa cekung, terletak di bawah atau di samping lampu hologen yang memantulkan cahaya ke lensa fresnal dan plat kaca pada permukaan kotak.

4.      Trasparansi, ditetakkan pada fresnal dan kaca di permukaan kotak proyektor yang dipantulkan ke layar. Transparansi ini sejenis plastik yang digunakan untuk menulis/menyajikan yang akan disajikan. Makin tebal transparansi yang digunakan makin baik mutu dan mahal harganya.

5.      Rol film, yaitu transparansi yang dapat digulung sehingga si pemakai tidak

perlu susah menggantinya. Jenis OHP yang ini Iebih canggih daripada OHP lainnya.

Kelebihan dari media pembelajaran OHP :

1.         Biaya operasional relatif lebih murah dibanding media modem berbasis komputer.

2.         Penggunaannya lebih praktis, mudah dalam operasional, cukup diletakkan transparancy film di atasnya, transparency film dapat ditulis atau dibuat gambar, wama tulisan akan muncul sebagaimana aslinya.

3.         Tidak menimbulkan polusi, seperti jika menggunakan papan tulis.[6]

4.         Dapat digunakan untuk memperagakan dua atau tiga dimensi dalam batas-batas tertentu (dalam menghasilkan gambar silhouete).

5.         Penggunaan sangat mudah, tidak membutuhkan operator.

6.         Tidak memerlukan ruangan yang terlalu gelap.

7.         Dapat meningkatkan daya ingat karena disajikan secara visual.

8.         Dapat dikombinasikan dengan papan tulis dan handout atau jenis media Iainnya.

9.         Terjadinya kontak mata, karena selama menggunakan OHP guru sambil menjelaskan, berdiri dan menghadap ke siswa.

10.     Tanpa layar, gambar/tulisan dapat diproyeksikan ke dinding (Yamin, 2007: 213).

Arief S. Sadiman, dkk. menambahkan kelebihan pemakaian media OHP, antara lain:

1)        Menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang-ulang

2)        Sepenuhnya di bawah kontrol guru

3)        Praktis dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas/ruangan

4)        Dapat dipakai sebagai petunjuk sistematis penyajian guru

5)        Dapat menstimulasi efek gerak yang sederhana dan wama pada proyeksinya dengan menambahkan alat penyajian tertentu.

Dari sisi proses, penggunaan media ini memiliki kelebihan (1) mudah dioperasikan oleh guru. (2) praktis dalam penggunaannya, dan (3) tidak memerlukan prosedur teknis yang rumit.

Kelemahan dari media pembelaharan OHP :

1)        Fasilitas OHP harus tersedia.

2)        Listrik pada ruang/lokasi penyajian harus tersedia.

3)        Tanpa layar yang dapat dimiringkan (misalnya hanya menggunakan dinding atau layar lurus), sulit untuk mengatasi distorsi tayangan yang berbentuk trapezium (keystoning).

4)        Harus memiliki teknik khusus untuk pengaturan ururan baik dalam penyajian maupun penyimpangan (Arsyad, 2006: 44 dalam buku Sadiman).[7]

5)        Harus memiliki spidol atau marking pen (spidol khusus untuk transparasi) (Yasmin, 2007: 213).

6)        Kesulitan mencari suku cadangannya apabila OHP

7)        Transparasi memerlukan waktu, usaha dan persiapan yang baik

8)         Karena lepas, transparasi menuntut cara kerja yang sistematis dalam penyajiannya. Bila tidak bisa kacau9) Jika teknik pemanfaatan serta potensinya kurang dikuasai, ada kecenderungan OHP dipakai sebagai penggantinya papan tulit dan siswa cenderung bersikap pasif (Sadiman, 2005: 64).

 

Dalam pengoperasian OHP perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1)      Periksa sumber tegangan listrik dan sesuaikan tegangan peralatan yang akan digunakan

2)      Hubungan ohp dengan sumber listrik

3)      Tekan tombol on/off ke posisi on

4)      Letakan transparasi pada posisi yang benar (diatas stage)

5)      Atur posisi lensa head asserably dari posisi ohp itu sendiri untuk menghindari energy key stoneeffect

6)      Aturlah tombol pengatur fokus, sehingga didapatkan hasil gambar proyeksi yang jelas dan tajam (fokus)

7)      Jangan lama menyalakan lampu, karena mudah panas

8)      Arahkan lampu pada layar yang sesuaikan dengan jumlah peserta dan besar ruangan.

 

2.   Film

Film adalah serangkai gambar yang diprokyeksian ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal.[8] Berbagai jenis film dapat digunakan dalam pendidikan. Misalnya film ukuran 8 mm, 16 mm, dan 35 mm (film pendidikan umumnya film 8 mm dan 16 mm). film bisu dan film bersuara, film berwarna atau hitam putih dapat digunakan dalam pembelajaran.

Menurut Ahmad Sabri (2005: 16), film dalam pendidikan dan pembelajarn dikelas berguna untuk :

1.         mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa

2.         menambah daya ingat pada pelajaran

3.         mengembangkan daya fantasi anak didik

4.         mengembangkan minat dan motivasi belajar

5.         memperjelas suatu yang masih bersifat abstrak.

 

3.    Film Bingkai (Slide)

            Film bingkai (slide) adalah suatu film transparasi yang berukuran yang berukuran 35 mm dengan bingkai 2x2 inci. Bingkai tersebut terbuat dari karton atau plastic. Film bingkai diproyeksikan melalui slide projector. Jumlah film bingkai yang akan ditayangkan untuk suatu program tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai.

 

4.    Film Rangkai (film strip)

Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan merupakan satu kesatuan. Ukuran filmnya sama dengan film binglai, yaitu 35 mm. Perbedaan film bingkai (slide) dan film ragkai (filmstrip) terletak pada slide berupa gambar-gambar yang terpotong-potong di beri bingkai kemudian disusun sebaik mungkin sesuai dengan sequence penyajian materi.

 

5.    Proyektor tidak Tembus Pandang (Opaque Projector)

            Proyektor tidak tembus adalah alat untuk memproyeksikan bahan bukan transparan tetapi bahan-bahan tidak tembus pandang (opaque). Benda-benda tersebut adalah benda datar, tiga dimensi, seperti mata uang model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan. Gambar proyektor tidak tembus pandang (opaque proyector).[9]

Kelebihan proyektor ini juga dapat di proyeksikan secara langsung tanpa dipindahkan ke dalam transparan terlebih dahulu. Kelemahannya ialah proyektor ni beda dengan benda OHP karena harus digunakan di ruangan yang gelap. Media

jenis ini secara teknis kurang praktis dalam penggunaannya dibandingkan dengan media proyeksi jenis lain.

 

b. Media Non Proyeksi

Media visual nonproyeksi adalah media yang penggunaannya tidak memerlukan bantuan alat proyektor. Media ini bisa digunakan secara mandiri tanpa memerlukan bantuan alat dan sarana lain . Media pembelajaran jenis non proyeksi diantara lain:

1.    Wallsheets

Tampilan media ini tanpa menggunakan alat bantu proyektor. Media ini bisa berupa peta, chart, diagram, dan poster.

2.  Buku cetak

Anak bisa menggunkan buku untuk melihat dan mengakses pesan atau materi pembelajaran secara langsung tanpa bantuan alat lain yang bersifat proyektif.

3. Papan tulis

Media ini bisa digunakan untuk menampilkan pesan tanpa alat bantu Proyektor. Sehingga anak didik dan guru bisa langsung memahami materi pelajaran secara langsung.[10]

 

Dapat disimpukan media pembelajaran ditinjau dari penggunaanya, saat ini Indonesia dominan menerapkan media pembelajaran berbasis visual pada media non proyeksi sesuai dengan kriteria media pembelajaran yang baik untuk digunakan.


[1] Azhar Arsyad,  Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 12-14.

[2] Zulkifli Rusby,Upaya Guru Mengembangkan Media Visual dalam Proses Pembelajaran Fiqih di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar, Al-Hikmah. Vol.14 No.1, April 2017, ISSN 1412-5382.

[3] Ahmad Suryani, Teknologi dan Media Pembelajaran,(Jawa Barat: CV Jejak, 2019), hlm. 13.

[4] Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2016), hal. 72-73.

[5] Sadiman, Arief S. dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan  Pemanfaatannya,     (Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT.Raja Grafindo Persada,2005), hal. 62.

[6] Sadiman, S. A., dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).hal.70.

[7] Ibid, hal.71-72.

[8] Ibid, hal.72-74.

[9] Ibid, hal.74-78.

[10] Sadiman, Arief S. dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pen gembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT.Raja Grafindo Persada. . 2008). hal. 80.

0 komentar:

Posting Komentar