Cara Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual
Cara Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual |
A. Pengertian Media Pembelajaran Berbasis Visual
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’ dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi. Sedangkan, media pembelajaran adalah suatu perantara
yang digunakan oleh pendidik/guru untuk menyalurkan pesan atau informasi kepada
siswanya sehingga siswa tersebut dapat terangsang ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Medial visual merupakan media yang paling familiar dan sering
dipakai oleh guru dalam pembelajaran. Media berbasis visual memegang peran yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Media visual dapat memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingatan.[1]
Menurut Kamus Besar Indonesia Visual adalah dapat dilihat dengan
indrapenglihatan (mata), berdasarkan penglihatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2012:1549). Ciri-ciri media pendidikan tersebut adalah:
1.
Ciri
fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini meng
gambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi
suatu peristiwa atau objek.
2.
Ciri
manipulatif (Manipulative Property)
Transpormasisuatu
kejadian atau objek dimungkinkan karna media memiliki ciri manipulatif.
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam
waktudua atau tiga menit; dan
3.
Ciri
distributif (Distributive Property)
Ciri distributif
dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransfortasikan melalui
ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta
didik dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu .[2]
Media pembelajaran brbasis visual adalah salah satu sarana media belajar yang hanya
dapat dilihat, yang termasuk kelompok visual, seperti foto, gambar, poster,
grafik, kartun, liflet, buklet, torso, flim bisu, model 3 dimensi seperti
diorama dan mokeup.[3]
B.
Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Visual
Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representatif seperti
gambar lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b)
diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur
isi materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara
unsure-unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan
chart (bagan) yang menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau hubungan gambar
atau angka-angka.
Ada
beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan media berbasis
visual, yaitu :
a. Usahakan media visual itu
sesederhana mungkin,
b. Visual digunakan untuk
menekankan informasi sasaran (yang mendapat teks) sehingga pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik.
c. Ulangi sajian visual dan
libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.
d. Tekankan kejelasan dan
ketepatan dalam semua visual.
e. Visual yang diproyeksikan
harus dapat terbaca yangmudah dibaca.
f. Unsur-unsur pesan dalam
visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsure-unsur latar
belakang untuk mempermudah penolahan informasi.
g. Caption (keterangan
gambar) harus disiapkan terutama untuk (1) menambah informasi
yang sulit dilukiskan secara visual, (2) memberi nama orang,
tempat atau objek, (3) menghubungkan kejadian atau aksi dalam
lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, (4) menyatakan apa
yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan, atau katakana.
h. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan
perhatian dan membedakan komponen-komponen.
Media jenis visual ini paling banyak digunakan guru dalam
pembelajaran terutama media visual sederhana dan bersifat nonproyeksi. Sebab
anak lebih banyak belajar dari apa yang dilihat. Pemilihan dan penggunaan media
visual perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Visualisasi Mencerminkan Kenyataan
Apa yang digambarkan merupakan miniaturisasi dari kenyataan atau
benda yang sesungguhnya, sehingga siswa saat melihat visual yang ditampilkan
serasa mengalami dan melihat wujud asli benda yang divisualisasikan tersebut.
b. Mempertimbangkan Mutu Teknis
Visualisasi yang kurang jelas, naik dari segi sisi warna, isi serta
layout, akan menimbulkan bias dalam proses pembelajaran. Untuk itu warna harus
terang, bentuk materi yang divisualisasikan sesuai dengan kenyataan serta
menjangkau penglihatan seluruh siswa.
c. Keterampilan Guru dan Ketersediaan
Benda visual biasanya menuntut keterampilan tertentu untuk
menyajikan dan mengoperasionalkannya. Guru dituntut bisa mengoperasionalkan
visual dengan baik dan benar.
Ditinjau
dari penggunaannya media dapat dibagi menjadi dua :media proyeksi dan media
nonproyeksi.
a.
Media Proyeksi
Media proyeksi adalah media yang menggunakan proyektor sehingga
gambar nampak pada layar. [4]Artinya
penggunaan media ini tergantung pada alat bantu proyektor untuk menghubungkan
dan menyampaikan kepada penerima pesan. Media proyeksi cukup banyak jenisnya,
antara lain:
1.
Proyektor Transparansi/Over Head Proyektor (OHP)
Proyektor jenis ini dirancang sedemikian rupa sehingga Proyektor
jenis ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memproyeksikan transparansi
ke arah layar lewat atas atau samping kepala orang yang menggunakan, sehingga
dapat dilihat tampilan pesan oleh peserta.[5]
Namun, media proyeksi jenis ini memiliki keterbatasan sesuai karakteristiknya.
OHP
terdiri dari ;
1.
Kepala
(projection head), pada bagian kepala ini terdapat lensa pemotret yang membawa
gambar ke layar (screen). Kepala OHP ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai
dengan kedudukan layar.
2.
Lampu
hologen, letaknya di dalam kotak yang berkekuatan antara 650-750 watt. Karena
kuatnya lampu tersebut maka OHP dapat digunakan di tempat yang terang.
3.
Lensa
cekung, terletak di bawah atau di samping lampu hologen yang memantulkan cahaya
ke lensa fresnal dan plat kaca pada permukaan kotak.
4.
Trasparansi,
ditetakkan pada fresnal dan kaca di permukaan kotak proyektor yang dipantulkan
ke layar. Transparansi ini sejenis plastik yang digunakan untuk
menulis/menyajikan yang akan disajikan. Makin tebal transparansi yang digunakan
makin baik mutu dan mahal harganya.
5.
Rol
film, yaitu transparansi yang dapat digulung sehingga si pemakai tidak
perlu
susah menggantinya. Jenis OHP yang ini Iebih canggih daripada OHP lainnya.
Kelebihan
dari media pembelajaran OHP :
1.
Biaya
operasional relatif lebih murah dibanding media modem berbasis komputer.
2.
Penggunaannya
lebih praktis, mudah dalam operasional, cukup diletakkan transparancy film di
atasnya, transparency film dapat ditulis atau dibuat gambar, wama tulisan akan
muncul sebagaimana aslinya.
3.
Tidak
menimbulkan polusi, seperti jika menggunakan papan tulis.[6]
4.
Dapat
digunakan untuk memperagakan dua atau tiga dimensi dalam batas-batas tertentu
(dalam menghasilkan gambar silhouete).
5.
Penggunaan
sangat mudah, tidak membutuhkan operator.
6.
Tidak
memerlukan ruangan yang terlalu gelap.
7.
Dapat
meningkatkan daya ingat karena disajikan secara visual.
8.
Dapat
dikombinasikan dengan papan tulis dan handout atau jenis media Iainnya.
9.
Terjadinya
kontak mata, karena selama menggunakan OHP guru sambil menjelaskan, berdiri dan
menghadap ke siswa.
10.
Tanpa
layar, gambar/tulisan dapat diproyeksikan ke dinding (Yamin, 2007: 213).
Arief
S. Sadiman, dkk. menambahkan kelebihan pemakaian media OHP, antara lain:
1)
Menghemat
tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang-ulang
2)
Sepenuhnya
di bawah kontrol guru
3)
Praktis
dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas/ruangan
4)
Dapat
dipakai sebagai petunjuk sistematis penyajian guru
5)
Dapat
menstimulasi efek gerak yang sederhana dan wama pada proyeksinya dengan
menambahkan alat penyajian tertentu.
Dari
sisi proses, penggunaan media ini memiliki kelebihan (1) mudah
dioperasikan oleh guru. (2) praktis dalam penggunaannya, dan (3)
tidak memerlukan prosedur teknis yang rumit.
Kelemahan
dari media pembelaharan OHP :
1)
Fasilitas
OHP harus tersedia.
2)
Listrik
pada ruang/lokasi penyajian harus tersedia.
3)
Tanpa
layar yang dapat dimiringkan (misalnya hanya menggunakan dinding atau layar
lurus), sulit untuk mengatasi distorsi tayangan yang berbentuk trapezium
(keystoning).
4)
Harus
memiliki teknik khusus untuk pengaturan ururan baik dalam penyajian maupun
penyimpangan (Arsyad, 2006: 44 dalam buku Sadiman).[7]
5)
Harus
memiliki spidol atau marking pen (spidol khusus untuk transparasi) (Yasmin,
2007: 213).
6)
Kesulitan
mencari suku cadangannya apabila OHP
7)
Transparasi
memerlukan waktu, usaha dan persiapan yang baik
8)
Karena lepas, transparasi menuntut cara kerja
yang sistematis dalam penyajiannya. Bila tidak bisa kacau9) Jika teknik
pemanfaatan serta potensinya kurang dikuasai, ada kecenderungan OHP dipakai
sebagai penggantinya papan tulit dan siswa cenderung bersikap pasif (Sadiman,
2005: 64).
Dalam
pengoperasian OHP perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
Periksa
sumber tegangan listrik dan sesuaikan tegangan peralatan yang akan digunakan
2)
Hubungan
ohp dengan sumber listrik
3)
Tekan
tombol on/off ke posisi on
4)
Letakan
transparasi pada posisi yang benar (diatas stage)
5)
Atur
posisi lensa head asserably dari posisi ohp itu sendiri untuk menghindari
energy key stoneeffect
6)
Aturlah
tombol pengatur fokus, sehingga didapatkan hasil gambar proyeksi yang jelas dan
tajam (fokus)
7)
Jangan
lama menyalakan lampu, karena mudah panas
8)
Arahkan
lampu pada layar yang sesuaikan dengan jumlah peserta dan besar ruangan.
2. Film
Film adalah serangkai gambar yang diprokyeksian ke layar pada
kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus
sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal.[8]
Berbagai jenis film dapat digunakan dalam pendidikan. Misalnya film ukuran 8
mm, 16 mm, dan 35 mm (film pendidikan umumnya film 8 mm dan 16 mm). film bisu
dan film bersuara, film berwarna atau hitam putih dapat digunakan dalam
pembelajaran.
Menurut Ahmad Sabri (2005: 16), film dalam pendidikan dan
pembelajarn dikelas berguna untuk :
1.
mengembangkan
pikiran dan pendapat para siswa
2.
menambah
daya ingat pada pelajaran
3.
mengembangkan
daya fantasi anak didik
4.
mengembangkan
minat dan motivasi belajar
5.
memperjelas
suatu yang masih bersifat abstrak.
3. Film Bingkai (Slide)
Film bingkai (slide) adalah suatu
film transparasi yang berukuran yang berukuran 35 mm dengan bingkai 2x2 inci.
Bingkai tersebut terbuat dari karton atau plastic. Film bingkai diproyeksikan
melalui slide projector. Jumlah film bingkai yang akan ditayangkan untuk suatu
program tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai.
4. Film Rangkai (film
strip)
Berbeda
dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan merupakan satu
kesatuan. Ukuran filmnya sama dengan film binglai, yaitu 35 mm. Perbedaan film
bingkai (slide) dan film ragkai (filmstrip) terletak pada slide berupa
gambar-gambar yang terpotong-potong di beri bingkai kemudian disusun sebaik
mungkin sesuai dengan sequence penyajian materi.
5. Proyektor tidak Tembus
Pandang (Opaque Projector)
Proyektor tidak tembus adalah alat
untuk memproyeksikan bahan bukan transparan tetapi bahan-bahan tidak tembus
pandang (opaque). Benda-benda tersebut adalah benda datar, tiga dimensi,
seperti mata uang model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan. Gambar
proyektor tidak tembus pandang (opaque proyector).[9]
Kelebihan proyektor ini juga dapat di proyeksikan secara langsung tanpa
dipindahkan ke dalam transparan terlebih dahulu. Kelemahannya
ialah proyektor ni beda dengan benda OHP karena harus digunakan di ruangan yang
gelap. Media
jenis
ini secara teknis kurang praktis dalam penggunaannya dibandingkan dengan media
proyeksi jenis lain.
b. Media Non Proyeksi
Media
visual nonproyeksi adalah media yang penggunaannya tidak memerlukan bantuan
alat proyektor. Media ini bisa digunakan secara mandiri tanpa memerlukan bantuan
alat dan sarana lain . Media pembelajaran jenis non proyeksi diantara lain:
1.
Wallsheets
Tampilan
media ini tanpa menggunakan alat bantu proyektor. Media ini bisa berupa peta,
chart, diagram, dan poster.
2. Buku cetak
Anak
bisa menggunkan buku untuk melihat dan mengakses pesan atau materi pembelajaran
secara langsung tanpa bantuan alat lain yang bersifat proyektif.
3. Papan tulis
Media
ini bisa digunakan untuk menampilkan pesan tanpa alat bantu Proyektor. Sehingga
anak didik dan guru bisa langsung memahami materi pelajaran secara langsung.[10]
Dapat disimpukan media pembelajaran ditinjau dari penggunaanya, saat ini Indonesia dominan menerapkan media pembelajaran berbasis visual pada media non proyeksi sesuai dengan kriteria media pembelajaran yang baik untuk digunakan.
[1] Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 12-14.
[2] Zulkifli
Rusby,Upaya Guru Mengembangkan Media Visual dalam Proses Pembelajaran Fiqih
di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar, Al-Hikmah. Vol.14 No.1, April 2017,
ISSN 1412-5382.
[3] Ahmad Suryani,
Teknologi dan Media Pembelajaran,(Jawa Barat: CV Jejak, 2019), hlm. 13.
[4]
Musfiqon, Pengembangan
Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2016), hal.
72-73.
[5] Sadiman, Arief
S. dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekkom
Dikbud dan PT.Raja Grafindo Persada,2005), hal. 62.
[6] Sadiman, S.
A., dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).hal.70.
[7]
Ibid,
hal.71-72.
[8] Ibid,
hal.72-74.
[9] Ibid,
hal.74-78.
[10] Sadiman, Arief
S. dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pen gembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta:
Pustekkom Dikbud dan PT.Raja Grafindo Persada. . 2008). hal. 80.